Penalaran deduktif adalah suatu
penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah
diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan
baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori,
hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.
Silogisme adalah suatu proses
penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Silogisme Hipotetik
Silogisme
hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe
silogisme hipotetik:
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang hujan.(minor)
Saya naik becak (konklusi).
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika hujan, bumi akan basah (mayor).
Sekarang bumi telah basah (minor).
Hujan telah turun (konklusi)
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah dilaksanakan
dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan
dengan paksa.
Kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak
penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum
Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih
mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan
kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum
silogisme hipotetik adalah:
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana.
(tidak sah = salah)
Bila B terlaksana, maka A terlaksana.
(tidak sah = salah)
Bila B tidak terlaksana maka A tidak
terlaksana.
Silogisme Alternatif
Silogisme
alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu
alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi,
Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Silogisme Disjungtif
Silogisme
disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif
sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari
salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme
hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang
semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
Silogisme disyungtif dalam arti sempit
Silogisme
disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif
kontradiktif. Contoh:
Heri jujur atau berbohong.(premis1)
Ternyata Heri berbohong.(premis2)
Ia
tidak jujur (konklusi).
Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme
disyungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif. Contoh:
Hasan di rumah atau di pasar.(premis1)
Ternyata tidak di rumah.(premis2)
Hasan di pasar (konklusi).
Hukum-hukum
Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif dalam arti sempit,
konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata Hasan berbaju putih.
Hasan
bukan tidak berbaju putih.
Silogisme disjungtif dalam arti luas,
kebenaran konklusinya adalah
Bila premis minor mengakui salah satu
alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
Budi menjadi guru atau pelaut.
Budi adalah guru.
Maka Budi bukan pelaut.
Bila premis minor mengingkari salah satu
alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.
Ternyata tidak lari ke Yogyakarta
Dia
lari ke Solo?
Konklusi
yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.
Silogisme
Kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial.
Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat
dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan
premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di
antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis
Mayor)
Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik.
Apabila
salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua yang halal dimakan menyehatkan
(mayor).
Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
Sebagian makanan tidak halal dimakan
(konklusi).
Apabila
salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
Sebagian pejabat korupsi (minor).
Sebagian
pejabat tidak disenangi (konklusi).
Apabila
kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa politikus tidak jujur (premis 1).
Bambang adalah politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan.
Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan
kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
Apabila
kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini
dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya.
Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kerbau bukan bunga mawar (premis 1).
Kucing bukan bunga mawar (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak mempunyai
kesimpulan
Apabila
term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil
kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin.
Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
Term-predikat
dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya.
Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Entimen
Entimem atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis sylogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme. Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme" adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena dia
telah menang dalam sayembara itu.
Anda telah memenangkan sayembara ini,
karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
Rantai Deduksi
Penalaran
yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang tidak
berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula berupa merangkaikan
beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk yang informal.
Contoh
:
a.
Semua plecing kangkung pedas rasanya. (hasil generalisasi)
Kali
ini saya diberi lagi plecing kangkung.
Sebab
itu, plecing kangkung ini juga pasti pedas rasanya. (deduksi)
Saya
tidak suka akan makanan yang pedas rasanya. (induksi: generlisasi)
Ini
adalah plecing kangkung pedas.
Sebab
itu, saya tidak suka plecing kangkung ini. (deduksi)
Saya
tidak suka makan apa saja, yang tidak saya senangi (induksi:generalisasi)
Saya
tidak suka makanan ini.
Sebab
itu saya tidak memakannya. (deduksi)
b.
Semua jamu pahit rasanya. (hasil generalisasi)
Kali
ini saya diberi lagi jamu.
Sebab
itu, jamu ini juga pasti pahit rasanya. (deduksi)
Saya
tidak suka akan minuman yang pahit rasanya. (induksi: generlisasi)
Ini
adalah jamu pahit.
Sebab
itu, saya tidak suka jamu ini. (deduksi)
Saya
tidak suka minum apa saja, yang tidak saya senangi (induksi:generalisasi)
Saya
tidak suka minuman ini.
Sebab
itu saya tidak meminumnya. (deduksi)
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme
http://id.wikipedia.org/wiki/Entimem
http://seviaindah.blogspot.com/2011/04/contoh-rantai-deduksi.html
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme
http://id.wikipedia.org/wiki/Entimem
http://seviaindah.blogspot.com/2011/04/contoh-rantai-deduksi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar